I.
TUJUAN UMUM
1.
Melakukun proses pensucian jiwa,peningkatan akhlak dan
prilaku dan memiliki kebiasaan yang islami pada diri dan masyarakaatnya.
2.
Mampu mengontrol diri
dan menjauhi diri dari sikap berlebihan, serta tidak mengumbar hawa
nafsu .
3.
Meningkatkan kemampuan menerapkan akhlak islami pada dirinya
4.
Mendidik pribadi muslim memilki rasa tangggungjawab yang
besar serta kasih sayang kepada manusia.
5.
Mendidik pribadi muslim dalam melawan tradisi asing yang tidak
islami pada diri, keluarga dan masyarakat.
II. T UJUAN TEORI (COGNITIVE)
1.
Menjelaskan kuatnya ikatan islam dengan akhlak.
2.
Menunjukan bahwa moral yang buruk indikasi dari lemahnya
iman.
3.
Mejelaskan kedudukan akhlak terpuji dalam islam
III. TUJUAN
AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK (PRAKTIK)
1. Tawadhu tidak
sombong
2. Tidak mengumpat dengan
aib manusia.
3.
Merasa malu
apabila melakukan ma'siat
4. Tawadhu tanpa harus
merasa terhinabersikap lemah lembut kepada manusia .
5. Tidak mudah mengekor
(ikut-ikutan)
6. Jujur tidak berbohong
7. Menghindari dari
mencemooh orang lain
8. Menjauhi ghibah ,mengadu
domba,
9. Menghindari menghardik
10.Menghindari memperolok-olok manusia
11.Menjauhi teman yang buruk akhlak
IV. PILIHAN KEGIATAN
Pilihan kegiatan yang
bisa diselenggarakan dalam halaqah
adalah :
1.Kegiatan Pembuka
a.
Mengkomunikasikan
tujuan kajian tazkiyah
2. Kagiatan Inti:
a.Kajian tentang Rukun Islam dan Prinsip- prinsip
Akhlak
b.
Berdikusi dan tanya jawab seputar tema kajian ( lihat tujuan Kognitif, afektif dan psikomotor)
c. Penekanan dari murobbi tentang nilai dan
hikmah yang terkandung dalam kajian tersebut
3. Kegiatan Penutup:
a. Tugas mandiri (kegiatan pendukung)
b. Evaluasi
V. Kegiatan-kegiatan Pendukung (Pilihan)
1.
Membaca wirid muhasabah setiap hari
2.
Mengumpulkan teman-teman untuk saling mengawasi satu
dengan lainnya dalam menjauhi kemaksiatan
3.
Berusaha menyiapkan note book untuk menyemangati prilaku
terpuji
4.
Meluangkan waktu uuntuk mengingat bahwa Allah Mmaha Megawasi
5.
Membiasakan diri puasa sunnah
6.
Melakukan pembahasan tentang tazkiyah nafs dan terdorong
untuk melakukannya
7.
Mengikuti kegiatan lingkungan yang positif
VI. Sarana-sarana Evaluasi dan Mutabaah
1. Mempersiapkan soal-soal
untuk didiskusikan sebegai penegasan batas
pemahamannya dan komitmennya
2. Mengumpulkan informasi tentang
komitmen mutarobbi akhlak terpuji,pada ucapan sikap dan prilaku
3.
Mengilaj(memperbaiki akhlak yang tidak baik pada mutaroobi
VII. Maroji` Tarbiyah Dzatiyah
1.
Akhlak muslim Muhammad al-ghazali
2.
Nuzhatl Muttaqin Syarh Riyadussolihin Mustafa al-Banna
3.
As-suluk Al-Ijtima’i Hasan Ayyub
4.
Ihyaa ulumuddin Abu Hamid
al-Ghazali
Rukun Islam dan Prinsip-prinsip Akhlak
أركان
الإسلام ومبادئ الأخلاق
الاقراربالشهادتين-
الصدق والإخلاص
_ إقامة
الصلاة _ اجتناب الفواحش والمنكرات
أركان الإسلام أداء الزكاة- تزكية النفس من البخل
وتنمية روح التضامن
صوم
رمضان- ضبط النفس عن الشهوات
حج
البيت- التجرد لله
Penjelasan Rasmul bayan:
ISLAM DAN PRINSIP-PRINSIP AKHLAK
Rukun Islam;
- Mengucapkan dua kalimat syahadat,menuntut
kejujuran dan keikhlasan
- menegakan shalat, berdampak pada mencegah
kejahatan dan kemunkaran
- mengeluarkan zakat,dapat menghilangkan penyakit
pelit dan mengembangkan semangat solidaritas
- puasa di bulan Ramadhan ,dapat mengendalikan
diri syahawat(kecenderungan negative)
- menunaikan
haji ketanah suci,membentuk sikap totalitas kepada Allah
Rasulullah telah menjelaskan tujuan utama
diutusnya beliau menjadi rasul dan minhaj yang jelas melalui sabdanya,
إِنَّمَا
بُعِثْتُ لأُِتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ
"Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempuranakan akhlak mulia."(HR.Malik).
Seolah-olah risalah yang
alirannya telah ditentukan di dalam sejarah kehidupan, si pembawanya telah
mengerahkan segenap tenaga utnuk memancarkan sinarnya dan mengumpulkan orang di
sekitarnya. Tidak lebih dari sekedar memberi dukungan terhadap kemuliaan mereka
dan menyinari kesempurnaan yang yang telah berkibar di depan mereka agar mereka
berjalan menuju risalah itu dengan jelas dan gamblang.
Dan sabdanya:"الدين حسن الخلق" Agama adalah akhlak yang baik(HR.Hakim).Begitu
pentingnya akhlak dalam Islam seakan tidak ada ajaran agama kecuali akhlak.
Oleh karena itu akhlak
menjadi landasan hidup dan pijakan
dalam berbicara,bersikap dan
berprilaku,sebagai mana firman Allah:
" Dan
Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung"(QS.Al-Qalam)..
Rukun Islam yang lima sangat
erat kaitannya dengan akhlak;dua kalimat syahadt,shalat,zakat,shaum dan hajji
tidak dapat dipisahkan dari prinsip-prinsip dan nilai-nilai akhlak.Setiap rukun
dari rukun islam yang lima harus berdampak positif pada perubahan prilaku dan
gaya hidup seorang muslim.
Dan ibadah yang disyariatkan
Islam adalah sebagai pilar-pilar keimanan bukan sekedar ritual semu yang
menghubungkan antara manusia dengan alam gaib yang misterius. Memberinya dengan berbagai amal serba samar dan
gerak-gerik tanpa makna. Tidak, sekali lagi tidak,berbagai kewajiban yang
dibebankan Islam kepada setiap muslim merupakan latihan yang berulang-ulang
agar terbiasa dengan akhlak yang benar
dan senantiasa komitmen dengan akhlak tersebut apun kondisi yang dialaminya.
Ia tak ubahnya seperti senam yang sangat diminati
orang. Dengan melakukannya secara kontinu ia berharap agar badannya sehat dan
hidupnya sejahtera.
1.Syahadatain dan akhlak
Mengucapkan dua kalimat
syahadat bukan kegiatan formalitas untuk menjadi muslim akan tetapi lebih jauh
dan lebih dalam dari itu adalah bukti keyakinan yang kuat dan kejujuran yang
sempurna serta keikhlasan yang mendalam dalam menerima islam sebagai system
hidup.Oleh karena itu Rasulullah menegaskan barang siapa yang mengucapkan laa
ilaaha illallah dengan dengan hati yang jujur maka ia masuk surga.
مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
"Tidak ada seoang hamba yang
mengucapkan laa ilaaha illallah kemudian mati dengankomitmenpadanya melainkan
ia masuk surga"(HR.Bukhari)
وَمَنْ لَقِيَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ بِهِمَا غَيْرَ شَاكٍّ
دَخَلَ الْجَنَّةَ
"Barang siapa yang
menghadap Allah dengan dua kalimat syahadat tanpa meragukannya sedikitpun maka
ia masuk surga"(HR.Ahmad)
Dari dua hadits di atas sangat jelas bahwa
mengucapkan dua kalimat syahadat bukan hanya sekedar ucapan lisan akan tetapi
disertai dengan keyakinan,kejujuran hati dan komitmen untuk menjalankan
tuntutannya dengan benar dan ikhlas.
2.Shalat dan akhlak
Al-Qur'an Al-Karim dan
As-Sunnah Al-Muthahharah menyingkap hakikat ini. Shalat wajib misalnya, saat
Allah memerintahkan melaksanakannya Dia juga menjelaskan hikmahnya.
Allah berfirman,
Bacalah apa yang
Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.
dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Menjauhkan diri dari
keburukan dan mensucikan diri dari semua perkataan serta amal buruk adalah
hakikat shalat. Nabi meriwayatkan
dari Rabbnya,
إِنَّمَا أَتَقَبَّلُ الصَّلاةَ مِمَّنْ تَوَاضَعَ بِهَا
لِعَظَمَتِي ، وَلَمْ يَسْتَطِلْ عَلَى خَلْقِي ، وَلَمْ يَبِتْ مُصراً عَلَى مَعْصِيَتِي
وَقَطَعَ النَّهَارَ فِي ذِكْرِي ، وَرَحِمَ الْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَالأَرْمَلَةِ
، وَرَحِمَ المُصَابَ
"Sesungguhnya Aku menerima shalatnya seseorang yang
tawadhu' karena keagungan-Ku, tidak sombong terhadap makhluk-Ku, tidak
terus-menerus melakukan maksiat terhadap-Ku, menghabiskan siangnya untuk
berzikir kepada-Ku, menyayangi orang miskin, ibnu sabil, dan janda, serta
menyantuni orang yang terkena musibah." (Al-Bazzar).
3.Zakat dan Akhlak
Zakat wajib bukan pajak yang diambil dari kas.
Namun, pertama-tama ia merupakan bentuk penanaman perasaan kasih sayang,
penguat hubungan antar orang-orang yang saling mengenal, serta penyatuan lintas
strata masyarakat.
Al-Qur'an menyebutkan tujuan dikeluarkannya zakat.
103. Ambillah zakat dari sebagian
harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Membersihkan dari daki-daki kekurangan dan
mengangkat masyarakat ke tingkat keluhuran merupakan hikmah utama zakat.
Oleh sebab itu Nabi memperluas pemahaman sedekah
agar seorang muslim beusaha untuk melakukannya,
تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيْكَ صَدَقَةٌ ، وَأَمْرُكَ
بِالْمَعْرُوْفِ وَنَهْيُكَ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ ، وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ
فِي أَرْضِ الضَّلاَلِ لَكَ صَدَقَةٌ ، وَإِمَاطَتُكَ الأَذَى وَالشَّوْكَ وَالْعَظْمَ
عَنِ الطَّرِيْقِ لَكَ صَدَقَةٌ ، وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِي دَلْوِ أَخِيْكَ
لَكَ صَدَقَةٌ ، وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِيْءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ
"Senyum untuk saudaramu adalah sedekah, kamu memerintahkan
yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar adalah sedekah. Kamu membimbing seseorang
di tempat tersesatnya adalah sedekah, serta kamu menujukkan jalan bagi orang
yang lemah penglihatannya adalah sedekah. Kamu menyingkirkan duri, tulang dari
jalan adalah sedekah. Mengosongkan embermu dengan mengisi ember saudaramu
adalah sedekah. Menuntun orang buta
adalah sedekah " .......(Bukhari)
Ajaran semacam ini bagi masyarakah gurun pasir
yang selama berabad-abad berada dalam permusuhan dan pertikaian mengisyaratkan
tujuan yang dipaparkan oleh Islam, yang membimbing masyarakat Arab jahiliyah
yang gelap gulita itu.
4.Puasa dan akhlak
Islam juga mensyariatkan puasa. Ibadah ini tidak
dipandang sebagai larangan makan dan minum untuk rentang waktu tertentu. Namun
ia dianggap sebagai tahapan larangan bagi jiwa manusia untuk memenuhi
syahwatnya yang berbahaya serta keinginannya yang bejat.
Untuk menegaskan pengertian ini, Rasulullah saw
bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ ، وَالْعَمَلِ بِهِ فَلَيْسَ
للهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barangsiapa tidak meninggalkan persaksian palsu dan tidak
meninggalkan perbuatan (karena persaksian palsu itu) maka Allah tidak punya
kepentiangan apapun ketika ia meninggalkan makanan dan minumannya." (Bukhari).
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ ، إِنَّمَا
الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ فَإِذَا سَابَكَ أَحَدٌ ، أَوْ جَهِلَ عَلَيْكَ
، فَقُلْ إِنِّي : صَائِمٌ
"Bukanlah puasa itu hanya sekedar tidak makan dan minum. Puasa itu adalah meninggalkan ucapann
sia-sia dan kata-kata jorok. Jika seseorang mencacimu atau berbuat jahil
kepadamu katakan saja, 'Aku sedang puasa.'" (Ibnu Khuzaimah).
Al-Qur'an juga menyebutkan buah puasa seperti
halnya firman Allah,
"Diwajibkan kepada kalian berpuasa
sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian
bertakwa."
(Al-Baqarah: 183).
5.Hajji dan akhlak
Mungkin seseorang mengira bahwa bepergian ke
tampat suci, yang diwajibkan bagi siapa yang mampu dan dijadikan sebagai salah
satu kewajiban Islam kepada pengkikutnya, hanya sebagai wisata dan jauh dari
pesan-pesan moral dan nilai-nilai luhur yang kadang dimiliki oleh berbagai
agama melalui ritual gaibnya.
Tentu ini tidak benar. Sebab Allah telah
berfirman,
"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang
dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan
haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam
masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya
Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah
takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (Al-Baqarah: 197).
Inilah paparan ringkas tentang sebagian ibadah
populer dalam Islam dan dikenal sebagai rukun-rukun utamanya. Jelaslah kiranya
sejauh mana kuatnya hubungan antara agama dengan akhlak.
Ibadah yang berbeda inti dan tampilannya. Namun ia
bertemu pada tataran tujuan sebagaimana yang digambarkan Rasulullah saw melalui
sabdanya,
"Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempuranakan akhlak mulia."
Shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah ketaatan
lainnya yang ada pada ajaran Islam merupakan tangga menuju kesempurnaan ideal
dan sarana mensucikan jiwa untuk memelihara dan meninggikan kualitas hidup.
Perilaku yang mulia dan berkaitan erat dengan ibadah itu atau muncul akibat itu
akan membuat seseorang memiliki tempat tertinggi dalam agama Allah.
Jika seseorang tidak mendapatkan apapun untk
mensucikan hatinya, membersihkan otaknya serta mengeratkan hubungannnya dengan
Allah dan dengan manusia maka orang itu gagal. Allah berfirman,
"Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam
keadaan berdosa, Maka Sesungguhnya baginya neraka jahannam. ia tidak mati di
dalamnya dan tidak (pula) hidup. Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam
keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh Telah beramal saleh, Maka mereka Itulah
orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia), (yaitu) syurga
'Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. dan itu
adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan)." (Thaha: 74-76)
Kelemahan Akhlak Bukti Lemahnya Keimanan
Iman adalah kekuatan yang memelihara seseorang
dari dunia dan mendorongnya mencapai kemuliaan. Oleh karena itu ketika Allah
menyeru hamba-Nya menuju kebaikan atau mewanti-wantinya melakukan kejahatan.
Allah menjadikannya sebagai konsekuensi keimanan yang kokoh tertancap di dalam
hati mereka. Betapa sering Allah mengucapkan hal ini di dalam kitab-Nya,
"Hai orang-orang beriman..."
Setelah itu Allah menyebutkan tugas yang
dibebankan kepada mereka,
"Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar." (At-Taubah:
119). Misalnya.
Pemandu risalah menjelaskan bahwa keimanan yang
kuat akan melahirkan akhlak yang kuat pula. Dan kemerosotan akhlak disebabkan
oleh lemahnya keimanan atau kehilangan keimanan. Tergantung bobot kejahatan
yang ada.
Orang yang menyeramkan wajahnya dan rusak
perilakunya melakukan serangkaian kejahatan dan tidak peduli kepada seorang
pun. Rasulullah saw bersabda;
اَلْحَيَاءُ وَالإِيْمَانُ قُرَنَاءُ جََمِيْعًاً فَإِذَا
رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَرُ
"Rasa malu dan keimanan saling terkait satu sama lainnya.
Jika salah satunya hilang, hilang pula
yang lain." (Hakim
dan Thabari).
Orang yang menyakiti tetangganya dan selalu
mengatakan hal-hal buruk kepada mereka. Agama memberi penilaian kepadanya
sebagai suatu kekerasan. Seperti apa yang dikatakan oleh Rasulullah,
وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللهِ لاَ
يُؤْمِنُ. قِيْلَ : مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ : اَلَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ
بَوَائِقَهُ
"Demi Allah, ia tidak beriman. Demi Allah ia tidak beriman.
Dan demi Allah ia tidak beriman." Ada yang bertanya, "Siapa ya
Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Orang yang apabila tetangganya
tidak merasa aman dari kejahatannya." (Al-Bukhari).
Anda juga mendapati ketika Rasulullah mengajarkan
para pengikutnya agar berpaling dari kesia-siaan dan menjauhi kasak-kusuk.
Beliau bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ
خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya
berkata yang baik atau diam." (Bukhari).
Demikianlah kemuliaan ditanam dan dikokohkan
hingga muncul buahnya. Itu semua bersumber dari kejujuran dan kesempurnaan
iman.
Hanya saja sebagian orang yang mengaku sebagai
muslim menggampangkan ibadah wajib. Di hadapan msyarakat Islam mereka
menampakkan seolah-olah sangat peduli untuk melaksanakan ibadah itu. Dan pada
saat yang sama mereka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan akhlak mulia
dan keimanan yang sesungguhnya.
Nabi mengancam orang-orang yang mencampur-campur
seperti itu dan mewanti-wanti ummatnya.
Sebab meniru bentuk-bentuk ibadah dapat dilakukan
siapa saja yang tidak mampu menangkap ruhnya atau tidak bisa naik sesuai dengan
tingkatannya.
Bisa jadi seorang anak kecil dapt meniru gerakan
shalat dan melafalkan doa-doanya.
Bisa jadi seorang artis dapat memerankan
ketawadhu'an dan memeragakan ibadah paling penting.
Namun, semuanya tidak ada gunanya dan tidak
menunjukkan kebenaran keyakinan dan kebersihan motivasi.
Ukuran kemuliaan dan dan kebersihan perilaku harus
menggunakan parameter yang tidak pernah salah, yakni akhlak yang luhur.
Dalam hal ini terdapat hadits dari Nabi bahwa
seseorang berkata kepada beliau,
يا رسول الله . إن فلانة تذكر من كثرة صلاتها وصيامها
وصدقتها غير أنها تؤذي جيرانها بلسانها فقال : " هي في النار " ثم قال :
يا رسول الله فلانة تذكر من قلة صلاتها وصيامها ، وأنها تتصدق " بالأثوار من
الأقط " ـ بالقطع من الجبن ـ ولا تؤذي جيرانها . قال : " هي في الجنة
"Ya
Rasulullah, si Fulanah itu diceritakan banyak shalatnya, puasanya, dan
sedekahnya. Hanya saja ia sering menyakiti tetangganya dengan lisannya." Rasulullah
menjawab, "Wanita itu ada di neraka." Lalu orang itu berkata lagi,
"Ya Rasulullah, si Fulanah itu sedikit shalatnya, puasanya, dan
sedekahnya. Ia hanya bersedekah dengan sepotong keju saja namun tidak menyakiti
tetangganya. Rasulullah menjawab, "Wanita itu berada di surga."
Jawab beliau menunjukkan nilai akhlak yang luhur.
Juga ditegaskan bahwa sedekah adalah ibadah sosial yang manfaatnya merembet
kepada orang lain. Oleh karena itu sisi kuantitasnya berbeda dengan ibadah
shalat dan puasa, yang secara lahir merupakan ibadah pribadi.
Rasul Islam tidak cukup hanya dengan menjawab
pertanyaan. Beliau perlu menjelaskan hubungan antara akhlak dan keimanan yang
sesungguhnya dan ibadah yang benar lalu menjadikannya sebagai asas kebaikan
dunia dan akhirat.
Permasalahan akhlak lebih penting dari itu semua.
Perlu bimbingan yang berkelanjutan dan nasihat yang berkesinambungan agar
tertanam kokoh di dalam hati dan pikiran. Bahwa iman, kebaikan, dan akhlak
adalah komponen yang inetral dan saling terkait. Tidak ada orang yang dapat
memisah-misahkannya.
Pada suatu hari beliau pernah bertanya kepada para
sahabat,
"أَتَدْرُوْنَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوْا:
المُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ، فَقَالَ: المُفْلِسُ مِنْ
أُمَّتَي مَنْ يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَزَكَاةٍ وَصِيَامٍ، وَيَأْتِي
وَقَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَل مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا،
وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطِى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ
فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يَقْضِيَ مَا عَلَيْهِ، أَخَذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ
فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
"Tahukah kalian siapa orang bangkrut
itu?" Mereka menjawab, "Orang bangkrut menurut kami adalah yang tidak
punya dirham dan harta benda." Beliau bersabda, "Orang bangkrut di
kalangan ummatku adalah sseorang yang datang pada hari Kiamat nanti dengan
shalat, zakat, dan puasanya. Ia datang pada hari itu dan sebelumnya pernah
mencaci si ini, menuduh si ini, memakan harta si ini, menumpahkan darah si ini,
dan memukul ini. Maka yang ini diberi dari kebaikannya (ibadahnya) dan itu dari
kebaikannya (ibadahnya). Jika kebaikannya sudah habis sebelum melunasi
tanggungannya diambillah dari kesalahan mereka dan dilemparkan kepadanya. Lalu
orang itu dilemparkan ke dalam neraka." (Muslim)
Itulah orang bangkrut. Seperti seorang pedagang
yang memiliki dagangan di tokonya senilai seribu. Sementara ia punya hutang
senilai dua ribu. Bagaimana mungkin orang malang ini menjadi kaya?
Seorang taat beragama yang melakukan banyak ibadah
lalu setelah itu banyak melakukan dosa. Wajahnya muram. Dekat dengan
permusuhan. Bagaimana mungkin ia menjadi seorang yang bertakwa?
Diriwayatkan bahwa untuk permaslahan ini Nabi
membuat perumpaan yang dekat. Beliau bersabda,
قال : "
الخلق الحسن يذيب الخطايا كما يذيب الماء الجليد ، والخُلق السوء ، يفسد العمل كما
يفسد الخل العسل
"Akhlak yang baik
melarutkan kesalahan sebagaimana air melarutkan tanah keras. Akhlak buruk itu
merusak amal sebagaimana cuka merusak madu." (Al-Baihaqi).
Jika keburukan berkembang
dalam diri, bahayanya menyebar, dan risikonya mengganas. Seseorang bisa
terlepas dari agamanya sebagaimana orang telanjang terlepas dari pakaiannya.
Lalu anggapan sebagai orang beriman menjadi palsu. Lalu adakah nilai agama
tanpa akhlak? Apa pula pengertian kerusakan walaupun ada afiliasi kepada Allah?
Untuk mengukuhkan
prinsip-prinsip yang tegas tersebut, hubungan antara keimanan dan akhlak yang
kuat. Nabi bersabda,
يقول النبي الكريم : " ثلاث من كن فيه فهو منافق ،
وإن صام وصلى وحج واعتمر ، وقال إني مسلم : إذا حدث كذب ، وإذا وعد أخلف ، وإذا
اؤتمن خان
"Ada tiga hal yang jika berada pada seseorang ia menjadi
munafik. Kendatipun ia puasa, shalat, haji, umrah, dan mengatakan dirinya
muslim: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia ingkar, dan jika diberi
amanah ia khianat."
(Muslim).
Beliau bersabda di riwayat lain,
وقال في رواية أخرى : " آية
المنافق ثلاث ، إذا حدث كذب ، وإذا وعد أخلف ، وإذا عاهد غدر ، وإن صلَّى وصام
وزعم أنه مسلم " !.
"Tanda munafik ada tiga: Jika berbicara ia berdusta, jika
berjanji ia ingkar, dan jika diberi amanah ia khianat."
Beliau bersabda lagi,
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقاً خَالِصاً ،
وَمَنْ كَانَ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ
حَتَّى يَدَعَهَا : إِذَا أؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَثَ كَذَبَ ، وَإِذَا عَاهَدَ
غَدَرَ ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
"Ada empat hal yang jika berada pada seseorang ia menjadi
munafik murni. Dan siapa yang padanya terdapat satu ciri berarti padanya ada
satu ciri kemunafikan sampai ia meninggalkannya: Jika diberi amanah ia khianat,
jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia ingkar, dan jika bertikai ia
curang." (Bukhari).
---oo0oo---